keEp sPirIt!!

kEep sPiriT!!!

Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, berarti kita akan punya kesempatan untuk bersikap berani

D0 n0T Give uP, ReacH y0uR DreamS!!!



Senin, 29 April 2013

skeLet0n

1.    Stem cell teknologi baru dalam penanganan disfungsi jaringan atau organ yang baru tumbuh.
Ada 2 jenis stem cell, yaitu stem cell embrionik dan non embrionik
Sel punca/stem sel embrionik (embryonic stem cells) adalah sel yang diambil dari inner cell mass (suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastokista) embrio berumur 5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel ini mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal dan dalam keadaan tertentu dapat diarahkan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai sel yang terdifferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak. Stem sel embrionik lebih diprioritaskan penggunaanya karena memiliki daya plastisitas yang tinggi, namun ada reaksi penolakan dari sistem imun tubuh.Teknik mendapatkan stem cell embrionik dapat dilakukan dengan cara; membuat embrio dari sperma dan oosit dalam proses fertilisasi in vitro (FIV) dan terapi kloning. 
Stem cell non embrionik didapatkan dari jaringan dewasa Kelebihan stem cell dewasa yang tidak memiliki resiko resistensi terhadap sistem imun tubuh sebab dari sel-sel yang sama dengan sel yang akan digantikan, namun hanya mampu menghasilkan satu tipe sel (totipoten). Stem cell dewasa dari darah tali pusar bayi yang baru lahir berpotensi hampir sama dengan stem cell embrionik (Fischbach & Fischbach, 2004). Sel stem dewasa juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan lain dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika karena diambil dari sel tubuh (somatik).
Kesimpulan; stem cell embrionik berasal dari embrio, mampu berdiferensiasi menjadi beberapa macam jaringan, mempunyai plastisitas yang tinggi namun penggunaannya masih kontroversi. Sedangkan stem cell non embronik sebaliknya (berasal dari jaringan dewasa, plastisitas rendah, tidak menimbulkan kontroversi dalam penggunaannya) 
(sumber: staff.ui.ac.id/.../AspekDasarSelPuncaStemCellsdanPotensiPengemban DAN httpwww.sith.itb.ac.id_pdf)
2.      Peran dan fungsi integumen hewan dalam hal:
a.       Mekanisme homoestasis
Pada suhu panas, kulit akan segera merespon dengan mengeluarkan keringat untuk menyeimbangkan suhu tubuh
b.      Perlindungan
Integumen pada hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Pada beberapa hewan (ikan...) juga berfungsi sebagai alat pertahanan, mencari makan dan menyerang musuh karena kelenjar racun yang dihasilkan dari derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar lendir, contohnya Pada ikan lepu.
c.       Kontrol suhu
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
d.      Reseptor
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
e.       Sintesis biokimia
Sel-sel kulit mensintesis melanin dan karotin yang memberi warna kulit dan juga mensintesis vitamin D.
f.       Proses penyerapan
Kulit bisa menyerap material yang larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. (sumber: http://dc136.4shared.com/doc/8_ZA5fCC/preview.html)
3.      Perbedaan Sistem ekskresi ikan air laut dan ikan air  tawar serta sistem ekskresi ikan yang bermigrasi.
Perbedaan Sistem Ekskresi Ikan Air Laut dan Ikan Air Tawar
Mekanisme eksresi ikan air tawar berbeda dengan ikan air laut. Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif menyerap ion anorganik melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah besar. Sebaliknya, pada ikan air laut mengeksresksikan sampah nitrogen berupa trimetilamin oksida, mengekresikan ion-ion lewat insang dan banyak minum air namun mengeluarkan urine dalam jumlah sedikit.
Sistem ekskresi ikan yang bermigrasi
pada dasarnya ikan yang bermigrasi akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, ketika berada di dalam air laut, ikan harus menjaga konsentrasi garam dalam tubuhnya lebih rendah dari lingkungannya dan ketika berada di air tawar ikan menjaga kadar garam di atas konsentarsi lingkungan. Menurut Take and Hirose (2001) dalam Untung Susilo (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10207111119.pdf) dalam responnya terhadap perubahan salinitas, pengaturan air dan ion adalah hal terpenting yang akan dilakukan oleh ikan yang bermigrasi, paling sedikit terdapat 2 fase yaitu pengaturan segera: ikan mulai atau menghentikan minum dan meningkatkan/menurunkan aktivitas-aktivitas transporter ion dan air yang telah ada pada efitel osmoregulasi yang berhadapan dengan perubahan salinitas lingkungan. Jadi, jika kita merujuk pada pendapat di atas, menurut saya sistem ekskresi pada ikan yang bermigrasi sama seperti sistem ekskresi ikan-ikan pada umumnya (jika berada di air tawar sistem ekskresinya seperti ikan pada lingkungan tersebut, dan sebaliknya jika berada di air laut sistem ekskresinya seperti lingkungannya) karena pada dasarnya itu semua terletak pada osmoregulasi ikan yang bermigrasi. Pada ikan yang bermigrasi jika berada di air tawar maka ikan tersebut akan mengeluarkan urine dalam jumlah yang banyak serta sedikit minum, sebaliknya jika ikan tersebut berada di air laut maka akan mengeluarkan urine dalam jumlah yang sedikit dan pekat serta akan banyak minum (untuk menjaga agar tubuhnya tidak larut).
4.      Endoskleton dan eksoskleton mempunyai fungsi yang sama sebagai sistem kerangka dalam tubuh hewan, tetapi secara embrional keduanya tumbuh dari sumber yang berbeda.
Endoskleton, secara embrional merupakan diferensiasi/perkbangan dari lapisan mesoderm (http://dictionary.reference.com/browse/endoskeleton). Eksoskleton berasal/dibentuk dari lapisan epidermis di sebelah dalam dan kutikula disebelah luar dan beberapa berasal dari kitin, dan jika kita merunut dari asal epidermis secara embrional maka endoskleton tersebut merupakan perkembangan dari lapisan ektoderm.
5.      Sistem pencernaan ruminansia dikatakan sebagai hewan yang efisien pada pemanfaatan pakan.
Hewan-hewan yang termasuk ruminansia dikatakan demikian  karena pencernaannya menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan, yang dikarenakan memiliki banyak ruangan lambung (polygastrik) atau secara umum dikatakan memilki banyak perut sehingga proses pencernaannyapun menjadi lama, karena harus melewati ruang-ruang lambung (rumen, retikulum, omasum dan abomasum) yang dimiliki. Ruminansia mencerna makanan dalam dua langkah yaitu menelan bahan mentah dan Mengeluarkan kembali makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnyalagi (sumber: http://aspal-putih.blogspot.com).